Rombongan 91 pegawai PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang ikut program
studi banding 'Melihat China dalam Perspektif Perkeretaapian'
berkesempatan menjajal kereta peluru atau bullet train dari
Beijing-Shanghai, China, Selasa (19/3/2013)
Yang menarik dari fasilitas kereta ini, hampir 100% lintasan kereta dalam bentuk melayang atau elevated. Hasilnya kereta dengan kecepatan yang mencapai 303 km/Jam ini dapat melaju bebas tanpa hambatan dengan lintasan rel hingga 1.560 km dari Beijing ke Shanghai.
Untuk saat ini kondisi tersebut hampir tak mungkin bisa dilakukan di Indonesia karena lintasan relnya belum steril.
Harga tiket kereta peluru ini banderol 553 yuan atau sekitar Rp 880.000. Waktu tempuh kereta super cepat dari Beijing-Shanghai hanya membutuhkan waktu 4 jam 55 menit. Kereta mulai berangkat pukul 7:57 waktu Beijing, hingga sampai di Shanghai pukul 12:52
Meski disebut cepat, kereta ini tetap singgah di dua stasiun antara dua kota tersebut. Kereta peluru sempat berhenti di Stasiun Jinan West Railway Station dan Nanjing South Railway, hingga akhirnya berhenti di Stasiun Shanghai Hongqiaou Railway Station.
Mengenai kenyamanan, kereta super cepat ini akan memanjakan siapa saja yang berada di dalamnya. Suara bising dari lintasan kereta nyaris tak ada, kereta melaju mulus seakan melayang di udara.
Goncangan atau goyangan kereta tak terasa atau tak terlihat bergoyang, yang terlihat dari pintu jendela, pepohonan yang semakin menjauh cepat dari pandangan mata karena efek kecepatan kereta yang tinggi.
Bicara fasilitas, kereta ini dilengkapi toilet bersih dan hemat air yang mirip diterapkan dalam pesawat udara. Ruang makan pun bersih dan apik, apalagi ruang interior gerbongnya yang memberi kesan penumpang berada dalam penerbangan udara.
Beberapa fasilitas tambahan seperti tersedianya air panas memberikan kemudahan lain bagi para penumpang. Petugas kebersihan wanita pun setiap beberapa menit sekali mondar-mandir untuk mencari sampah dan menyapu lantai gerbong.
Sebagai tambahan, para penumpang kereta cepat saat di stasiun dapat menunjukan tiketnya untuk ditukarkan dengan air mineral 330 ml secara cuma-cuma. Hal ini sebagai pelayanan dan memanjakan para penumpang kereta.
Selama perjalanan, kecepatan kereta bertahan di kecepatan 290 km per jam hingga 302 km per jam yang dapat diketahui dari papan informasi digital di setiap rangkaian gerbong. Kecepatan tersebut sudah dikurangi oleh pemerintah China, semenjak adanya insiden kecelakaan kereta cepat tahun 2008 lalu.
"Dahulu tahun 2008 kereta super cepat memiliki kecepatan 400 km per jam, namun karena ada kecelakaan maka kecepatannya diturunkan hanya jadi 300 km per jam," kata A Shiang seorang warga Shanghai yang merupakan pemandu tim, Selasa (19/3/2013)
Ia menuturkan, kecelakaan kereta waktu itu telah membuka mata regulator kereta api di China untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan kereta api super cepat. Waktu itu kecelakaan terjadi karena sambaran petir telah merusak sebagian jaringan listrik di lintasan kereta super cepat Beijing-Shanghai sehingga membuat kereta berhenti, namun kereta dari belakang dengan kecepatan tinggi tak bisa mengendalikan kecepatan sehingga menabrak bagian belakang kereta yang mogok.
"Jadi ada gerbong yang jatuh, karena posisinya di atas jembatan layang, sehingga 30 orang meninggal," jelas A Shiang bercerita.
Yang menarik dari fasilitas kereta ini, hampir 100% lintasan kereta dalam bentuk melayang atau elevated. Hasilnya kereta dengan kecepatan yang mencapai 303 km/Jam ini dapat melaju bebas tanpa hambatan dengan lintasan rel hingga 1.560 km dari Beijing ke Shanghai.
Untuk saat ini kondisi tersebut hampir tak mungkin bisa dilakukan di Indonesia karena lintasan relnya belum steril.
Harga tiket kereta peluru ini banderol 553 yuan atau sekitar Rp 880.000. Waktu tempuh kereta super cepat dari Beijing-Shanghai hanya membutuhkan waktu 4 jam 55 menit. Kereta mulai berangkat pukul 7:57 waktu Beijing, hingga sampai di Shanghai pukul 12:52
Meski disebut cepat, kereta ini tetap singgah di dua stasiun antara dua kota tersebut. Kereta peluru sempat berhenti di Stasiun Jinan West Railway Station dan Nanjing South Railway, hingga akhirnya berhenti di Stasiun Shanghai Hongqiaou Railway Station.
Mengenai kenyamanan, kereta super cepat ini akan memanjakan siapa saja yang berada di dalamnya. Suara bising dari lintasan kereta nyaris tak ada, kereta melaju mulus seakan melayang di udara.
Goncangan atau goyangan kereta tak terasa atau tak terlihat bergoyang, yang terlihat dari pintu jendela, pepohonan yang semakin menjauh cepat dari pandangan mata karena efek kecepatan kereta yang tinggi.
Bicara fasilitas, kereta ini dilengkapi toilet bersih dan hemat air yang mirip diterapkan dalam pesawat udara. Ruang makan pun bersih dan apik, apalagi ruang interior gerbongnya yang memberi kesan penumpang berada dalam penerbangan udara.
Beberapa fasilitas tambahan seperti tersedianya air panas memberikan kemudahan lain bagi para penumpang. Petugas kebersihan wanita pun setiap beberapa menit sekali mondar-mandir untuk mencari sampah dan menyapu lantai gerbong.
Sebagai tambahan, para penumpang kereta cepat saat di stasiun dapat menunjukan tiketnya untuk ditukarkan dengan air mineral 330 ml secara cuma-cuma. Hal ini sebagai pelayanan dan memanjakan para penumpang kereta.
Selama perjalanan, kecepatan kereta bertahan di kecepatan 290 km per jam hingga 302 km per jam yang dapat diketahui dari papan informasi digital di setiap rangkaian gerbong. Kecepatan tersebut sudah dikurangi oleh pemerintah China, semenjak adanya insiden kecelakaan kereta cepat tahun 2008 lalu.
"Dahulu tahun 2008 kereta super cepat memiliki kecepatan 400 km per jam, namun karena ada kecelakaan maka kecepatannya diturunkan hanya jadi 300 km per jam," kata A Shiang seorang warga Shanghai yang merupakan pemandu tim, Selasa (19/3/2013)
Ia menuturkan, kecelakaan kereta waktu itu telah membuka mata regulator kereta api di China untuk melakukan evaluasi terhadap kebijakan kereta api super cepat. Waktu itu kecelakaan terjadi karena sambaran petir telah merusak sebagian jaringan listrik di lintasan kereta super cepat Beijing-Shanghai sehingga membuat kereta berhenti, namun kereta dari belakang dengan kecepatan tinggi tak bisa mengendalikan kecepatan sehingga menabrak bagian belakang kereta yang mogok.
"Jadi ada gerbong yang jatuh, karena posisinya di atas jembatan layang, sehingga 30 orang meninggal," jelas A Shiang bercerita.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon