Produsen Terigu: Gandum Bisa Tumbuh di Indonesia Tapi Sulit Buat Komersial


Indonesia saat ini masih bergantung 100% dengan gandum impor. Sepanjang tahun 2011, ada impor 6,3 juta ton gandum dengan nilai US$ 2,5 miliar.

Jumlah ini akan terus bertambah karena besarnya permintaan produk gandum di Tanah Air. Sementara produksi gandum di dalam negeri nyaris nihil hanya sebatas produksi tingkat uji coba laboratorium.

Presiden direktur PT Sriboga Raturaya Alwin Arifin menyatakan Indonesia sulit lepas dari jeratan impor gandum krena produktivitas gandum dalam negeri masih minim. Walaupun secara teknis menurutnya gandum bisa tumbuh di Indonesia.

"Gandum di Indonesia secara teknis gandum bisa tumbuh tetapi secara komersial sulit," jelas Alwin usai menggelar acara Sriboga di Finanical Hall CIMB Niaga Tower Jakarta, Selasa (26/2/2013).

Alwin menuturkan selain masalah produktivitas, tanaman gandum sulit berkembang di Indonesia adalah tanah Indonesia yang berbukit-bukit. Masalah iklim tropis yang tidak terlalu cocok dengan tanaman gandum.

"Apalagi gandum itu basic food seperti jagung. Cuma secara efisiensi, karena tanah kita berbukit-bukit, butuh datar dan sub-tropis itu bisa satu keluarga untuk bisa membuat ribuan hektar gandum. Kita di sini sulit melakukan mekanisasinya," katanya.

Ia juga menambahkan selain gandum, tanaman lokal lain seperti kedelai jagung dan tebu juga demikian. Bahkan produk impor jauh lebih murah bila dibandingkan dengan hasil produksi di dalam negeri.

"Kedelai, jagung, dan gula juga sama semua lebih mahal dari impor,"imbuhnya.

Seperti diketauhi, anak usaha dari PT Sriboga Raturaya (SRR) PT yaitu PT Sriboga Flour Mill (SFM) menguasa 7% pangsa pasar terigu di Indonesia dan merupakan salah satu dari 3 besar produsen tepung terigu di Indonesia.
Previous
Next Post »