Diduga Malpraktik, Dokter di RS Persahabatan Dilaporkan ke Polisi


MNK CENTER - Pandapotan Manurung (40), warga Pulomas, Jakarta Timur melaporkan seorang dokter di RS Persahabatan ke Polda Metro Jaya. Pandapotan menduga istrinya, Anna Marlina Simanungkalit (38), mengalami malpraktik oleh sang dokter hingga akhirnya meninggal dunia.

"Sekitar pukul 12.00 WIB - 13.00 WIB kita baru lapor ke Polda, dengan nomor laporan polisi LP/1316/IV/2013/PMJ/ Dit Reskrimum 22 April 2013," ujar Pandapotan ketika ditemui di rumahnya, Mahoni Raya No 17 D, Pulomas, Jakarta Timur, Selasa (23/4/2013).

Pandapotan memaparkan istrinya, Anna, melakukan pemeriksaan ke RS Persahabatan pada 20 Februari 2013 lalu. Saat itu Anna merasakan benjolan di leher.

Pandapotan yang mendaftarkan Anna ke loket pendaftaran RS Persahabatan merujuk Anna ke Poli Bedah. Kemudian setelah diperiksa dokter, Anna divonis menderita pembengkakan kelenjar tiroid dan harus diangkat dengan operasi.

"Saya tanya kenapa harus diangkat? Dia bilang akan berkembang menjadi kanker dan menjalar ke bagian tubuh lain seperti paru-paru, bisa mengalami kondisi tubuh lemah mudah terserang sakit, kalau dikaruniai anak-anak akan jadi cebol," cerita Pandapotan.

Menurut Pandapotan, dokter mengatakan tidak ada risiko efek samping bila dioperasi. Bila tidak dioperasi, Anna dikatakan dokter harus mengkonsumsi obat seumur hidup.

"Setelah dipertimbangankan kalau tidak dioperasi, akhirnya kami setuju untuk diangkat. Saat itu dokter memberi rujukan pemeriksaan awal untuk paru, jantung, ginjal, dan USG," imbuhnya.

Operasi lantas dilakukan pada 11 Maret 2013. Namun setelah operasi, Anna mengeluhkan lehernya sakit dan pipinya membengkak. Dokter lantas mengatakan ada pembekuan darah yang menutup saluran tiroid sehingga harus dibersihkan dengan operasi ulang. Operasi ulang itu dilakukan pada 13 Maret 2013.

Pasca-operasi, dokter mengatakan pada Pandapotan bahwa kelenjar tiroid itu telah berubah menjadi kanker ganas yang sudah melilit saluran pernafasan dan pencernaan. Diagnosa dokter itu juga berubah-ubah.

"Saat dijelaskan, dokter selalu berganti-ganti penjelasan. Awal dia bilang saluran pencernaan putus kemudian dia bilang sobek," imbuhnya.

Pasca-operasi, Anna dirawat di ICU dari 13-22 Maret 2013. Pada 23 Maret 2013, dokter memutuskan Anna sudah bisa dirawat di kamar inap rumah sakit. Tak lama Anna menggigil, dokter memberikan obat dan kondisinya tidak kunjung membaik. Kondisi Anna malah makin kejang hebat, gigi bergetar.

"Saya histeris, berdoa. Dokter menelepon saya, sempat dengar dari ICU, kemudian dirawatkan di ruang ICU," jelas Pandapotan.

Saat itu dokter memutuskan melakukan tindakan darurat, memanggilnya untuk persetujuan pemasangan selang di dada. Pandapotan disuruh menebus obat ke apotek.

"Saya balik ke ruangan ICU saya lihat dada istri saya ditekan. Istri saya sudah tidak tertolong," jelas Pandapotan.

Pada 23 Maret 2013, Anna yang sudah dinikahi Pandapotan pun berpulang.

Terkait laporan Pandapotan ini, pihak RS Persahabatan sudah mengetahuinya.

"Sekarang sedang dirapatkan dan dibahas dengan direktur utama, direktur medis dan komite medis. Hasilnya belum, nanti akan diinfokan bila sudah ada," kata Kepala Humas RS Persahabatan, Magdalena, ketika dihubungi detikcom hari ini.
Previous
Next Post »